Berbagai pihak telah bersiap menyambut
fenomena langka, Gerhana Matahari Total (GMT) pada 9 Maret mendatang.
Selain potensi pariwisata, Kepala LAPAN, Thomas Jamaludin mengungkapkan
pentingnya proses pembelajaran dan penelitian dalam peristiwa besar
tersebut.
GMT sendiri akan terjadi lebih awal di
wilayah barat Indonesia. Hal ini menuai banyak pertanyaan, karena
lazimnya matahari terbit dari ufuk timur. Menggunakan kata matahari
memang membuat masih ada masyarakat keliru dengan fenomena alam ini.
Sebagian masyarakat Indonesia juga
sering mengaitkan GMT dengan mitos Buto Ijo. Mereka menganggap Buto Ijo
datang dari sebelah barat dan perlahan memakan bulan sehingga terjadilah
gerhana.
Mematahkan mitos tersebut, Thomas pun menjelaskan alasan ilmiah mengapa gerhana terjadi lebih awal di wilayah barat Indonesia.
Pada saat pagi terjadi GMT, bulan akan
bergeser menghalangi cahaya matahari. Pergerakan bulan dalam mengitari
matahari terjadi dari arah barat menuju timur sehingga GMT akan terjadi
dari arah barat hingga ke lautan Hindia. Lalu melintasi 12 provinsi yang
berada di wilayah Indonesia dan kemudian berakhir di Samudra Pasifik.
"Di sini terjadi paling pagi di Pulau
Pagai. Lebar jangkauan gerhana 100-120 kilometer. Puncak gerhana di
wilayah barat pada pukul 7.20 sekitar 1,5-2 menit. Lalu bagian tengah
pukul 8.35 WITA selama 2 menit. Sedangkan wilayah timur jam 9.50 WIT
sekitar 2-3 menit," jelas Thomas di Hotel Sari Pan Pasific pada Senin,
25 Januari 2016.
Pulau Pagai adalah salah satu daerah di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Thomas menambahkan, semakin ke timur
puncak gerhana total memang terjadi semakin lama. Diperkirakan di daerah
Maluku Utara mencapai 3 menit 17 detik.
"Di tempat yang mengalami GMT, matahari
yang sudah mulai meninggi akan tertutup piringan bulan dari mulai atas
hingga tertutup sempurna. Saat itu akan muncul korona, nah pada saat
inilah momen yang paling ditunggu-tunggu pemburu gerhana," tegas Thomas.
Anda tentu tidak ingin melewatkan fenomena alam ini bukan? Tapi, jangan melihatnya secara langsung ya.
Pasalnya, sinar terang matahari dapat menimbulkan kerusakan pada retina.
Pada laman Wikipedia dijelaskan mata yang melihat secara langsung ke fotosfer (bagian cincin terang dari matahari) dapat mengakibatkan kerusakan permanen retina mata. Walaupun, hanya beberapa detik mata memandang. Ini disebabkan oleh tingginya radiasi tidak terlihat yang dipancarkan fotosfer.
Pasalnya, sinar terang matahari dapat menimbulkan kerusakan pada retina.
Pada laman Wikipedia dijelaskan mata yang melihat secara langsung ke fotosfer (bagian cincin terang dari matahari) dapat mengakibatkan kerusakan permanen retina mata. Walaupun, hanya beberapa detik mata memandang. Ini disebabkan oleh tingginya radiasi tidak terlihat yang dipancarkan fotosfer.
Sumber lain menyebutkan cahaya terang matahari yang mata terima secara
berlebih membuat retina melepas zat kimia komunikasi. Zat kimia ini
dapat merusak retina.
Sering kali kerusakan ini tidak terasa menyakitkan. Alhasil, orang tersebut tidak menyadari kerusakan di matanya.
Oleh karena itu, jangan coba-coba melihat matahari langsung ya. Kalaupun ingin melihatnya dengan kamera, lindungilah lensanya terlebih dahulu dengan filter solar.
Sering kali kerusakan ini tidak terasa menyakitkan. Alhasil, orang tersebut tidak menyadari kerusakan di matanya.
Oleh karena itu, jangan coba-coba melihat matahari langsung ya. Kalaupun ingin melihatnya dengan kamera, lindungilah lensanya terlebih dahulu dengan filter solar.